12 Tahun Perjalanan
Bismillahirrahmanirrahim...
Tanggal 2 Juli bagi saya bukan tanggal yang biasa, melainkan tanggal pengingat.
12 tahun lalu tepatnya 2 Juli 2012, saya berangkat meninggalkan kota tercinta saya kota Bengkulu menuju salah satu kota besar di Pulau Jawa yaitu kota Depok.
Entah apa yang ada dalam pikiran saya ketika memutuskan untuk tidak melanjutkan pilihan saya untuk kuliah di salah satu kampus negeri di kota Bengkulu setelah dinyatakan diterima. Mungkin karena waktu itu diterima di jurusan yang kuliah yang tidak saya minati. Atau mungkin karena sadar tidak akan akan sanggup membiayai perkuliahannya.
Tapi Allah telah menetapkan, saya harus berangkat! Itupun berangkat sendiri mengunakan pesawat untuk pertama kali. Tiket pesawat yang kami pesan masih tersimpan rapih saat ini, meskipun maskapai yang dulu saya gunakan sudah tidak beroperasi 🙂
Oh, ya. Dulu saya berangkat ke Depok karena ingin menghafal Al-Qur'an. Saat itu di Bengkulu belum ada pesantren yang fokus kepada pembelajaran Al-Qur'an jadi harus ke luar kota Bengkulu.
Saya berangkat atas bantuan Pak Kohaning, bendahara Yayasan Al-Fida. Semoga Allah menjaga beliau di manapun berada. Aamiin.
Saya berangkat tepat 1 pekan sebelum perkuliahan di kampus negeri itu dimulai. Karena dorongan untuk "hijrah" begitu kuat, jadi saya yakin untuk pergi. Meskipun waktu itu ada salah satu anggota keluarga yang menolak saya pergi, karena khawatir dengan saya tentunya. Wajar, waktu itu saya jarang pergi, tapi sekali pergi langsung jauh dan itupun sendiri. Hihihi 🙂
Tapi sekali lagi, saya sudah mantap dengan azzam saat itu. Saya berucap: "Jika tujuan saya baik, maka sejauh apapun perjalanan yang saya tempuh, maka Allah akan jaga. Pun sebaliknya, sedekat apapun perjalanan, jika tujuan saya buruk maka Allah berkuasa untuk mencelakakan saya".
Akhirnya saya diizinkan untuk berangkat, tentunya dilepas dengan tangisan terutama oleh ibu 😢😢😢
Singkat cerita, sampailah saya di Depok. Ternyata pondok pesantren yang saya tuju batal dibuka karena sebab yang saya tidak tau ketika itu. Alhasil saya "terbengkalai" (baca: dilatih mental) oleh Allah selama 4 bulan. Alhamdulillah, saya dipertemukan dengan orang-orang baik, terutama ustadz Fadhli yang mengajari saya mengaji dari awal. Jazahullah khairan.
Luar biasanya rencana Allah, di tempat saya tinggal selama 4 bulan ternyata akan dibuka sebuah rumah tahfidz yang kini bernama Pesantren Qur'an Mahasiswa Daarussalam. Di sinilah saya bertemu dengan guru-guru hebat, ustadzh Zamzami dan ust Iwan. Jazaahumallah khairan. Beliau berdua adalah guru yang membentuk jiwa saya menjadi lebih baik ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Ustadz Zamzami mengajari saya dengan Al-Qur'an, sedangkan ustadz Iwan mengajari saya Bahasa Arab, sebuah bahasa yang dulu sangat saya benci sampai-sampai nilai bahasa Arab saya lebih kecil daripada teman saya yang non Muslim ðŸ˜. Ya Rabb balaskan kebaikan beliau berdua, saya menyesal belum bisa memberikan yang terbaik untuk beliau berdua.
Di rumah tahfidz ini saya menghafal Al-Qur'an sebanyak 10 juz, 1 tahun pertama digunakan untuk tahsin dan di tahun kedua baru menghafal. Dua tahun belajar di sana, saya harus pulang ke Bengkulu di tahun 2014.
Tempat ini akan selalu menjadi kenangan. Tempat yang menjadi titik hijrah menjadi lebih baik.
Jika diceritakan apa dampak dari 2 tahun berada di sana, maka saya tidak akan mampu menceritakan dengan kata-kata. Nikmat yang amat sangat luar biasa dari Allah.
Bobi yang dulu selalu berdoa agar Allah perbaiki keadaannya. Bobi yang dulu berangan kuliah di Australia, ingin kerja di Jepang, nekat daftar kuliah padahal sadar dengan kondisi ekonomi.
Ya Rabb, mungkin apa yang hamba lakukan saat ini jauh dari kata bersyukur akan nikmatmu. Mungkin hamba lebih banyak kufur nikmat. Ampunilah hamba ya Rabb. Jadikan hamba lebih baik lagi... Aamiin 😢
Gabung dalam percakapan